0

Nabi Isa a.s. Dengan Si Rakus

Dahulu ada seorang lelaki yang datang kepada nabi Isa a.s., ia ingin sekali bersahabat dengan beliau, kerana itu ia berkata : .... "Aku ingin sekali bersahabat denganmu kemana saja engkau pergi." Jawab Isa a.s.: "Baiklah kalau demikian."

    Pada suatu hari berjalanlah keduanya di tepi sungai dan makanlah berdua tiga potong roti, Nabi Isa a.s. satu potong dan satu potong untuk orang itu, sisa satu potong. Kemudian ketika Nabi Isa a.s. pergi minum ke sungai, dan kembai roti yang sepotong itu tidak ada, lalu beliau bertanya kepada sahabatnya: "Siapakah yang telah mengabil sepotong roti ?" Jawab sahabat itu: "Aku tidak tahu."

    Maka berjalanlah keduanya, tiba-tiba melihat rusa dengan kedua anaknya, maka dipanggillah salah satu dari anak rusa itu lalu disembelihnya dan dibakar. Kemudian dimakan berdua, lalu Nabi Isa a.s. menyuruh anak rusa yang telah dimakan itu supaya hidup kembali maka hiduplah ia dengan izin Allah, kemudian Nabi Isa a.s. bertanya: Demi Allah, yang memperlihatkan kepadamu bukti kekuasaan-Nya itu siapakah yang mengambil sepotong roti itu ?" Jawab sahabatnya: "Aku tidak tahu."

    Kemudian keduanya meneruskan perjalanan hingga sampai ke tepi sungai, lalu Nabi Isa a.s. memegang tangan sahabatnya itu dan mengajaknya berjalan hingga sampai ke seberang, lalu ditanyalah sahabatnya itu sekali lagi: "Demi Allah, yang memperlihatkan kepadamu bukti ini, siapakah yang mengambil sepotong roti itu ?" Sahabat itu menjawab: "Aku tidak tahu."

    Kemudian berjalanlah keduanya ketika berada di hutan dan keduanya sedang duduk-duduk, Nabi Isa a.s. mengambil tanah dan kerikil/anak batu, lalu diperintahkan: "Jadilah emas dengan izin Allah." Maka dengan tiba-tiba tanah dan kerikil itu berubah menjadi emas, lalu dibagi menjadi tiga bahagian, kemudian beliau berkata: "Untukku sepertiga, dan kamu sepertiga, sedang sepertiga ini untuk orang yang mengambil roti." Serentak sahabat itu menjawab: "Akulah yang mengambil roti itu."

    Nabi Isa a.s. berkata: "Maka ambillah semua bahagian ini untukmu." Lalu keduanya berpisah. Kemudian orang itu didatangi oleh dua orang yang akan merampok harta itu dan membunuhnya lalu orang itu (sahabat Isa a.s.) berkata: "Lebih baik kita bagi tiga saja." Ketiga orang itu menjadi setuju, lalu menyuruh salah seorang pergi ke pasar berbelanja makanan, maka timbul perasaan orang yang berbelanja itu, dan berkata dalam hatinya: "Untuk apa kita membagi wang/harta, lebih baik makanan ini saya bubuh racun saja biar keduanya mati, dan ambil semua harta itu."

    Lalu diberinya racun makanan itu. Sementara orang yang tinggal itu berkata: "Untuk apa kita membagi harta ini, lebih baik jika ia datang, kita bunuh saja, lalu harta itu kita bagi dua." Maka ketika datang orang yang berbelanja itu, segera dibunuh oleh keduanya, lalu hartanya dibagi menjadi dua, kemudian keduanya makan dari makanan yang telah diberi racun itu, maka matilah keduanya, dan tinggallah harta itu di hutan, sedang mereka mati di sekitar harta itu.

    Kemudian ketika Nabi Isa a.s. berjalan di hutan dan menemukan (melihat) hal itu, maka iapun berkata kepada sahabat-sahabatnya: "Inilah contohnya dunia, maka berhati-hatilah kamu kepadanya."
0

Nabi Idris a.s. Menikam Mata Iblis

Dalam sebuah kitab diterangkan bahawa pada suatu hari sedang Nabi Idris a.s. duduk menjahit bajunya, maka dengan tiba-tiba berdiri di hadapan pintu rumah Nabi Idris seorang lelaki yang tidak dikenali dan ditangannya terdapat sebiji telur. Lalu ia berkata: "Wahai Nabi Idris! Bolehkah Tuhan kamu memasukkan dunia ini ke dalam telur yang sedang aku pegang?" Apabila Nabi Idris mendengar kata-kata lelaki itu, tahulah ia bahawa yang berbicara dengannya itu adalah iblis.

    Lalu Nabi Idris berkata kepadanya: "Datanglah dekat aku dan tanyalah apa yang hendak kamu ketahui." Setelah iblis menghampirinya maka Nabi Idris pun berkata: "Tuhanku boleh memasukkan dunia ini ke dalam apa saja, jangankan dalam telur yang kamu pengang itu, bahkan ia dapat memasukkan dunia ini ke dalam lubang jarum yang aku pegang."

    Setelah menjawab soalan yang dikemukakan oleh iblis itu, Nabi Idris dengan pantas mencucuk mata iblis dengan jarum yang ada di tangannya. Alangkah terperanjatnya iblis dengan tindakan yang tidak diduga sama sekali. Lalu iblis pun lari meninggalkan Nabi Idris yang telah membutakan sebelah matanya. Iblis itu buta sebelah matanya sehingga tiba saat kebangkitan junjungan besar kita Nabi Muhammad s.a.w.
0

Nabi Ibrahim a.s. Dengan Orang Majusi

Pernah suatu hari Nabi Ibrahim a.s. menolak seorang tamu yang berkunjung ke rumahnya. Nabi Ibrahim berkata "Aku tidak menerima tamu seperti engkau selagi engkau tidak meninggalkan agamamu dan ajaran orang-orang Majusi". Orang Majusi itu meninggalkan rumah Nabi Ibrahim dengan perasaan dukacita sekali.

    Sikap Nabi Ibrahim a.s. tidak disenangi Allah sehingga turunlah wahyu yang bermaksud "Apa kerugianmu jika engkau menerima tamu itu, walaupun dia mengingkari dan mengkafiri-Ku. Allah akan menggantikan makanan dan minuman yang engkau berikan kepadanya selama 70 tahun."

    Setelah menerima wahyu tersebut Nabi Ibrahim sungguh menyesal di atas tindakannya dan keesokan harinya Nabi Ibrahim a.s. pergi mencari orang Majusi itu dan mempelawanya supaya sudi datang ke rumahnya sekali lagi. Kata orang Majusi itu "Pelik sungguh, semalam engkau mengusirku, tetapi hari ini engkau mengajak aku pergi ke rumahmu". Nabi Ibrahim menceritakan tentang wahyu yang diterimanya setelah menghalau orang Majusi itu.

    Orang Majusi itu berkata "Sungguh baik Tuhanmu memperlakukan aku sebegini, walaupun aku ini orang kafir". Orang Majusi itu berkata lagi "Hulurlah tanganmu, (sambil berjabat tangan) aku bersaksi bahawa tiada Tuhan yang lain melainkan Allah dan engakau adalah pesuruh Allah". Semenjak dari itu orang Majusi itu mengikuti ajaran Nabi Ibrahim a.s.
0

Nabi Danial a.s. Dengan Singa

Suatu saat, Raja Bukhatnezar datang ke Baitul Maqdis dari negeri Syam. Dia membunuh orang-orang Bani Israil dan merebut secara paksa kota Baitul Maqdis serta menawan ramai orang dari mereka. Di antara mereka yang ditawan adalah Nabi Danial a.s.

    Sebelumnya, Raja ini didatangi oleh para ahli nujum (peramal) dan orang-orang cendekiawan saat itu. Mereka semua mengatakan, 'pada malam ini dan ini akan dilahirkan seorang bayi yang nantinya akan menghinakan dan menghancurkan kerajaanmu.' Maka Raja itu berjanji dan bersumpah, 'Demi Allah, tak ada seorang bayi pun yang lahir pada malam itu kecuali akan aku bunuh,' Di antara bayi-bayi yang lahir saat itu, hanya bayi Danial saja yang tidak dibunuh, tetapi dibuang ke hutan yang terdapat singa di dalamnya. Bayi Danial hanya sempat dijilat-jilat oleh seekor singa beserta anaknya dan tidak menyakitinya, sampai akhirnya datanglah ibunya. Saat dua binatang itu menjilatinya, maka Allah s.w.t. menyelamatkannya. Para cendekiawan daerah itu mengatakan, bahawa akhirnya Danial mengukir gambar dia beserta dua singa itu yang sedang menjilatinya, di atas batu cincinnya agar senantiasa tidak lupa akan nikmat Allah s.w.t. itu. (HR. Ibnu Abid-Dunya dengan sanad hasan).


Dalam redaksi riwayat lain disebutkan:

    Ada seorang Nabi pada masa Bani Israil, jauh setelah Nabi Musa a.s. meninggal dunia, namanya Danial a.s. Dia didustakan oleh kaumnya. Bahkan akhirnya dia diciduk oleh raja yang berkuasa saat itu dan dilemparkan ke kandang seekor singa yang sudah dilaparkan.

    Setelah Allah s.w.t. melihat, betapa besar perasaan tawakkalnya, juga kesabarannya, hanya kerana mengharap keridhaanNya, maka Allah mencegah mulut-mulut singa itu untuk memakannya. Bahkan sampai Danial berdiri di atas kedua kakinya di hadapan singa yang sudah tunduk dan tidak lagi membahayakan. Kemudian Allah mengirim Irmiya dari Syam sehingga Danial dapat keluar dari masalah ini dan menumpas orang yang ingin membinasakannya'.

    Dari Abdullah bin Abil Hudail, dia berkata: "Bukhtanashar telah melatih dua singa untuk berburu dan meletakkannya di dalam kandang. Kemudian dia menggiring Danial dan melemparkannya pada binatang tersebut. Tetapi singa itu tidak mengganggunya sama sekali. Danial pun, dengan izin Allah, untuk beberapa lama tinggal di dalam kandang. Tiba-tiba -suatu saat- dia ingin makan dan minum seperti lazimnya orang-orang. Maka Allah s.w.t. memerintahkan melalui wahyu kepada Irmiya yang saat itu berada di Syam, untuk menyediakan makanan dan minuman Danial. Maka dia berakta: "Ya Rabbi, aku sekarang berada di tanah suci (Baitul Maqdis), sementara Danial berada di kota Babilon di tanah Iraq." Lalu Allah mewahyukan lagi kepadanya: "Siapkanlah apa yang telah Aku perintahkan kepadamu. Aku akan kirim utusan yang akan membawamu ke sana beserta apa yang kau persiapkan." Akhirnya Irmiya melaksanakan perintah tersebut dan Allah mengirim utusan yang membawanya serta makanan yang dipersiapkannya. Sesampainya di depan gerbang kandang singa;

Danial berkata: "Siapa ini?"
Irmiya: "Aku Irmiya."
Danial: "Kenapa kau datang ke mari?"
Irmiya: "Aku diutus oleh Tuhanmu untuk menemuimu."
Danial: "Apakah Dia menyebut namaku?"
Irmiya: "Ya."

    Danial: "Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang tidak melupakan orang yang mengingatNya. Segala puji bagi Allah yang kalau ada orang bertawakkal padaNya, maka Dia akan berikan kecukupan padanya. Segala puji bagi Allah yang kalau ada orang yang percaya kepadaNya, tidak akan Dia pasrahkan urusannya pada yang lain. Segala puji bagi Allah yang memberikan keselamatan atas kesabaran. Segala puji bagi Allah yang telah menyingkap kesulitan kita setelah ditimpa musibah. Segala puji bagi Allah, Dialah tempat kepercayaan kami, ketika kami berprasangka buruk atas amalan-amalan kami. Segala puji bagi Allah, Dia tempat harapan kami, ketika semua cara tertutup di hadapan kami."
0

Musuh Dalam Selimut

Saiyidina Othman bin Affan diangkat menjadi Khalifah selepas Saiyidina Umar bin Khatab dibunuh oleh musuh dalam selimut dari golongan kaum munafik. Ketika itu keadaan masih lagi dilanda pergolakan dan keresahan. Dengan ketegasan sikap dan kebijaksanaan Saiyidina Othman suasana pemerintahan dapat dikendalikan secara aman oleh Khalifah yang berjiwa lembut itu. Ramai penganut agama lain datang berduyun-duyun masuk Islam. Salah seorang daripadanya adalah seorang pemuda Yahudi dari Yaman yang bernama Abdullah bin Saba'.

    Namun ternyata Abdullah bin Saba' mempunyai tujuan lain disebalik memeluk Islam. Ia mengharapkan Khalifah selaku penguasa negara akan memberikan kehormatan kepadanya. Maka berangkatlah Abdullah bin Saba' ke Madinah. Ia meminta izin mengadap Khalifah. Setelah diperkenankan ia menyampaikan keinginannya agar diberi kedudukan tinggi di salah satu jabatan terpinting dalam bidang apa saja. Tetapi Saiyidina Othman menolak dan berkata "Aku hanya seorang pelayan umat. Aku diangkat menjadi Khalifah bukanlah atas keinginanku bahkan atas kesepakatan para sahabat yang lain."

    Saiyidina Othman berkata lagi "Tidakkah tuan tahu bahawa jawatan bukanlah satu kehormatan tetapi merupakan satu amanah." sambung Khalifah lagi "Apakah tuan sudah sanggup memikul amanah itu sedangkan tuan baru sahaja memeluk Islam dan lebih daripada itu tidak layak sesuatu kedudukan diminta atau diminati, kerana Allah jualah yang memberi atau mencabut kedudukan seseorang."

    Abdullah bin Saba' keluar dengan perasaan gelap. Ia telah bersusah memeluk Islam dan kemudian menempuh perjalanan yang jauh dengan harapan untuk memperolehi sanjungan dan mendapat jawatan tinggi, tetapi ternyata hanya memperolehi nasihat dan teguran. Semenjak dari itu Abdullah bin Saba' menyimpan dendam kepada Khalifah, umat Islam dan agama Islam. Ia bertekad untuk membinasakan umat Islam dan mengacaukan ajarannya.

    Maka Abdullah bin Saba' berkeliling kemana-mana dan berbisik-bisik sambil menabur fitnah kepada orang ramai dengan berkata bahawa pewaris dan Khalifah yang sah adalah Saiyidina Ali bin Abi Thalib. Sebahagian daripada mesyarakat telah terpengaruh dengan hasutan tersebut sehingga mereka menubuhkan kumpulan yang dipanggil Syiah Saba'iyah yakni kaum Syiah sekarang.

Bagitu busuknya fitnah yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba' sehingga ia berani berkata "Sesungguhnya yang menjadi Nabi pilihan Allah adalah Ali bin Abi Thalib. Hanya kebetulan pada ketika itu malaikat Jibrail sedang mengantuk sehingga wahyu Allah diberikan kepada Muhammad iaitu orang yang tidak berhak."

    Mendengar khabar beracun seperti itu Saiyidina Ali bin Abi Thalib sangat marah dan tatkala beliau diangkat menjadi Khalifah keempat menggantikan Khalifah Saiyidina Othman bin Affan atas perintahnya Abdullah bin Saba' diusir dari Madinah.
0

Mimpi Hasan Al-Bashri

Antara Hasan Al-Bashri dan Ibnu Sirin ada rasa sentimen. Keduanya tidak mahu saling menyapa. Setiap kali mendengar orang lain menyambut nama Ibnu Sirin, Hasan Al-Bashri merasa tidak suka : "Jangan sebut nama orang yang berjalan dengan lagak sombong itu di hadapanku," katanya.

    Pada suatu malam Hasan Al-Bashri bermimpi seolah-olah ia sedang bertelanjang di kandang binatang sambil membuat sebatang tongkat. Pagi hari ketika ia bangun, ia merasa bingung dengan mimpinya itu. Tiba-tiba ia ingat bahawa Ibnu Sirin yang kurang ia sukai adalah orang yang pandai menafsirkan mimpi.

    Merasa malu bertemu sendiri, ia lalu meminta tolong seorang teman dekatnya: "Temui Ibnu Sirin, dan ceritakan mimpiku ini seakan-akan kamu sendiri yang mengalaminya," pesannya. Teman dekat Hasan Al-Bashri itu segera menemui Ibnu Sirin. Begitu selesai menceritakan isi mimpi tersebut, Ibnu Sirin langsung berkata:

    "Bilang kepada orang yang mengalami mimpi ini, jangan menanyakannya kepada orang yang berjalan dengan lagak sombong. Kalau berani suruh ia datang sendiri kemari."

    Mendengar laporan yang disampaikan temannya ini, Hasan Al-Bashri kesal. Ia bingung, dan merasa tercabar. Setelah berfikir sejenak, akhirnya ia memutuskan untuk bertemu langsung dengan Ibnu Sirin. Ia tidak peduli dengan rasa malu atau gengsi.

    "Antarkan aku ke sana," katanya. Begitu melihat kedatangan Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin menyambutnya dengan baik. Setelah saling mengucap salam dan berjabat tangan, masing-masing lalu mengambil tempat duduk yang agak berjauhan.

    "Sudahlah, kita tidak usah berbasa-basi. Langsung saja, aku bingung memikirkan dan menafsirkan sebuah mimpi," kata Hasan Al-Bashri.

    "Jangan bingung," kata Ibnu Sirin." Telanjang dalam mimpimu itu adalah ketelanjangan dunia. Ertinya, engkau sama sekali tidak bergantung padanya kerana engkau memang orang yang zuhud. Kandang binatang adalah lambang dunia yang fana itu sendiri. Engkau telah melihat dengan jelas keadaan yang sebenarnya. Sedangkan sebatang tongkat yang engkau buat itu adalah lambang hikmah yang anda katakan, dan mendatangkan manfaat bagi ramai orang."

    Sesaat Hasan Al-Bashri terkesima. Ia kagum pada kehebatan Ibnu Sirin sebagai ahli tafsir mimpi, dan percaya sekali pada penjelasannya.

    "Tetapi bagaimana engkau tahu kalau aku yang mengalami mimpi itu?" tanya Hasan Al-Bashri.

    "Ketika teman engkau menceritakan mimpi tersebut kepadaku, aku berfikir, menurutku, hanya engkau yang layak mengalaminya." jawab Ibnu Sirin.

Sumber : Kitab Wafyat al-A'yan oleh al-Shafadi
0

Mengenal Dermawan Teragung Dunia

Saiyidina Abu Bakar r.a. merupakan seorang hartawan dan juga jutawan yang sanggup dengan rela hati ikhlas memberikan seluruh harta bendanya bagi suatu perjuangan suci, lalu sanggup pula hidup miskin kerananya. Beliau adalah diantara orang yang mula-mula sekali memeluk Islam dan menjadi sahabat baginda Rasulullah s.a.w yang paling karib serta paling disayangi.

    Sebelum memeluk Islam lagi Saiyidina Abu Bakar r.a. sudah terkenal sebagai seorang bangsawan Arab yang kaya, baik akhlak serta di hormati oleh masyarakat Quraisyh Mekah. Tetapi setelah ia memeluk Islam, beliau merupakan tokoh Islam yang utama sekali dengan mengorbankan seluruh harta bendanya bagi menegakkan agama Islam di Tanah Arab. Dikalangan para sahabat dialah orang yang paling murah hati dan dermawan sekali.

    Pernah dalam peperangan Tabuk, Rasulullah telah meminta pada sekalian umat Muslimin agar mengorbankan harta mereka pada jalan Allah. Maka datanglah Saiyidina Abu Bakar r.a. membawa seluruh harta bendanya, lalu diletakkan antara dua tangan baginda. Melihat banyaknya harta yang dibawa oleh Abu Bakar r.a. itu baginda menjadi terkejut lalu bertanya kepadanya: "Hai sahabatku yang budiman, kalau sudah seluruh harta bendamu kau korbankan, apakah lagi yang akan kau tinggalkan untuk anak-anak dan isterimu?." Pertanyaan Rasulullah s.a.w. dijawab oleh Saiyidina Abu Bakar r.a. dengan tenang sambil tersenyum, katanya: "Saya tinggalkan mereka Allah dan rasul-Nya." Demikianlah kehebatan jiwa Saiyidian Abu Bakar Al-Siddiq r.a. yang tiada bandingannya di dunia hingga hari ini.
0

Mengapa Al-Quran Dibukukan

Apabila wafatnya junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. terjadilah suatu peristiwa seorang penipu bernama Musailamah Al-Kazzab menggelar dirinya sebagai nabi. Maka orang yang lemah imannya banyaklah yang kembali murtad.

    Apabila keadaan bertambah genting Saiyidina Abu Bakar r.a. telah mengisytiharkan peperang bagi membenteras gejala buruk ini, maka berlakulah satu peperangan yang hebat. Dengan bantuan Allah s.w.t. tentera Islam dapat menewaskan dan membunuh Musailamah. Dalam peperangan ini ramai para hafiz yang terbunuh. Hal ini amat membimbangkan Saiyidina Abu Bakar. Maka beliau memerintahkan Zaid bin Thabith untuk mengumpulkan lembaran ayat-ayat Al-Quran untuk dibukukan. Apabila mendengar perintah itu Zaid berkata: Dengan nama Allah, jika tuan hamba menyuruh hamba mengubah gunung dari satu tempat ke satu tempat yang lain tidaklah ia membebankanku dari mengumpulkan lembaran ayat-ayat Al-Quran. Bagaimanakah sanggup tuan hamba melakukan sesuatu yang baginda sendiri tidak malakukannya?" Saiyidina Abu Bakar r.a. menerangkan bahawa tindakan ini terpaksa dibuat demi menyelamatkan Al-Quran dari terpupus.

    Setelah Zaid mendengar penerangan itu, maka ia pun menemui penduduk-penduduk di situ dan mengumpulkan satu demi satu lembaran ayat-ayat Al-Quran dari mereka yang ada menyalinnya. Zaid r.a. juga menemui para hafiz yang menghafalnya dalam hati mereka sehingga dapatlah Zaid mengumpulkan hingga ayat yang terakhir.
0

Malaikat di rumahmu

Suatu hari seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Dia bertanya kepada Tuhan : "Para malaikat disini mengatakan bahawa besok engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup disana, saya begitu kecil dan lemah"?

    Dan Tuhan menjawab, "Saya telah memilih satu malaikat untukmu. Ia akan menjaga dan mengasihimu."

    "Tapi disini, di dalam syurga, apa yang pernah saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa. Ini sudah cukup bagi saya untuk berbahagia."

    "Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari. Dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan menjadi lebih berbahagia."

    "Dan bagaimana saya boleh mengerti saat orang-orang bercakap kepadaku jika saya tidak mengerti bahasa mereka ?"

    "Malaikatmu akan bercakap kepadamu dengan bahasa yang paling indah yang pernah kamu dengar; dan dengan penuh kesabaran dan perhatian, dia akan mengajarkan bagaimana cara kamu bercakap."

    "Dan apa yang akan saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadaMu ?"

    "Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa."

    "Saya mendengar bahawa di Bumi banyak orang jahat. Siapa yang akan melindungi saya ?"

    "Malaikatmu akan melindungimu, walaupun hal tersebut mungkin dapat mengancam jiwanya."

    "Tapi, saya pasti akan merasa sedih kerana tidak melihatMu lagi."

    "Malaikatmu akan menceritakan padamu tentang Aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu boleh kembali kepadaKu, walaupun sesungguhnya Aku akan selalu berada di sisimu."

    Saat itu Syurga begitu tenangnya sehingga suara dari Bumi dapat terdengar, dan sang anak bertanya perlahan, "Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bolehkah Kamu memberitahuku nama malaikat tersebut ?

    "Kamu akan memanggil malaikatmu, Ibu."

Ingatlah selalu kasih sayang ibu, berdoalah untuknya dan cintailah dia sepanjang masa.
0

Kuda Mati Hidup lagi

Kisah ini adalah mengenai seorang pemuda bernama Nauf yang bercita-cita untuk berdakwah dan mengislamkan sebuah negeri yang diperintah oleh seorang Raja yang bernama Faris. Walau apa pun halangan yang akan di tempuhi nanti, beliau tetap akan ke istana tersebut untuk menyampaikan syiar Islam.

    Pada suatu hari Nauf berjalan-jalan menuju ke istana dengan harapan dia dapat memasuki istana tersebut. Sampai di pintu gerbang beliau melihat kanak-kanak sedang bermain dadu. Nauf memerhati dengan penuh minat dan kemudiannya beliau diajak bermain bersama. Di dalam permainan tersebut sudah tentu kemenangan berpihak kepada Nauf kerana beliau seorang dewasa. Hasil dari kemenangan tersebut beliau dapat mengumpulkan sebanyak 40 dirham. Seorang anak Perdana Menteri sungguh kagum di atas permainannya dan mengajak Nauf ke rumahnya. Nauf berkata "Saya tidak boleh pergi ke rumah awak, kerana belum mendapat izin daripada ayah awak". sambung Nauf lagi "Awak pulanglah dahulu dan beritahu ayah awak". "Baiklah" kata kanak-kanak itu.

    Kanak-kanak itu pulang ke rumah dan meminta izin daripada ayahnya. Setelah mendapat perkenan daripada ayahnya, kanak-kanak itu terus pergi berjumpa Nauf dan mengajak ke rumahnya. Nauf berkata di dalam hatinya "Inilah peluang baik bagi ku kerana aku dapat menyampaikan dakwah kepadanya nanti".

    Apabila sampai di rumah Perdana Menteri dan semasa hendak melangkah masuk kerumah Nauf membaca "Bismillah" dan semua syaitan yang berada di situ bertempiaran lari kerana takutkan bacaan tadi. Bagi meraikan tetamu yang datang, Perdana Menteri menghidangkan makanan dan minuman, sebaik sahaja makanan dihidangkan syaitan-syaitan kembali datang untuk menikmati makanan yang sedang dihidangkan. Melihatkan keadaan ini Nauf membaca "Bismillah" sekali lagi dan syaitan-syaitan berkeliaran lari. Perdana Menteri kehairanan dan bertanya kepada Nauf "Siapa kamu sebenarnya dan bagaimana kamu boleh menghalau syaitan-syaitan tersebut" Nauf memberitahu bahawa dia telah diutuskan oleh Nabi Isa untuk mengajak tuan hamba, raja yang memerintah negeri ini dan sekalian rakyaknya untuk beriman kepada Allah.

    Nauf berkata lagi " Allah Maha Esa tiada Tuhan lain melaikan Dia, Allahlah yang menjadikan alam ini dan memberi rezeki kepada sekalian hambanya. Dia berkuasa menghidupkan kamu dan mematikan kamu". Katanya lagi "Oleh itu kamu sepatutnya menyembah Allah dan bukannya menyembah berhala atau patung-patung kerana ia adalah perbuatan syaitan". Setelah mendengar kata-kata Nauf, Pedana Menteri sangat tertarik dan beliau telah memeluk Islam. Oleh kerana beliau tidak ingin diketahui oleh Raja Faris beliau bersembahyang secara senyap-senyap dan bersembunyi.

    Suatu hari Perdana Menteri balik dari istana dengan keadaan muram dan tidak seceria seperti biasa. Nauf bertanya kepada Perdana Menteri "Kenapakah tuan hamba bermuram durja sedemikian rupa dan saya tidak pernah melihat keadaan tuan hamba seperi ini" jawab Perdana Menteri "Raja Faris sedang berduka kerana seekor kuda yang disayanginya telah mati. Baginda sangat kasih kepada kuda tersebut melebihi daripada harta benda yang lain". Nauf berkata kepada Perdana Menteri "Beritahulah Raja kamu bahawa saya boleh membantu menghidupkan semula kuda itu".

    Perdana Menteri pergi ke istana dan memberitahu baginda bahawa ada seorang pemuda yang sangat alim dan sanggup menghidupkan kembali kuda tuanku. Baginda memerintahkan Perdana Menteri supaya mengundang pemuda tersebut ke istana. Setelah berada di istana, Raja Faris berkata kepada Nauf "Betulkah kamu dapat menghidupkan kembali kuda beta?" Nauf berkata, "Saya boleh menghidupkan kembali kuda tuanku dengan keizinan Allah dengan syarat tuanku memperkenankan permintaan saya. Raja Faris bersetuju dengan permintaan tersebut. Nauf bertanya kepada Raja Faris "Siapakah keluarga tuanku yang berada di dalam istana ini?" Raja Faris menjawab "Beta hanya mempunyai seorang ayah dan isteri sahaja". "Baiklah, panggil mereka berdua dan sekalian rakyat supaya berkumpul di sini" kata Nauf. Baginda memerintahkan Perdana Menteri supaya memanggil ayahanda baginda, permaisuri dan sekalian rakyat supaya berkumpul di istana.

    Setelah semuanya berkumpul Nauf memegang salah satu kaki kuda dan menyebut "La ila ha illallah" maka kaki kuda tersebut mula bergerak dan Nauf menyuruh Raja Faris, ayahandanya dan isterinya supaya memegang seorang satu kaki dan menyebut sepertimana yang diucapnya tadi. Mereka pun melakukannya dan selesai sahaja mereka mengucapkan kalimah tersebut dengan izin Allah ketiga-tiga kaki yang dipegang oleh baginda, permaisuri dan ayahanda Raja Fariz bergerak kesemuanya. Perintah Nauf seterusnya,"Suruhlah rakyat baginda menyebut kalimat tersebut untuk mengerakkan badan kuda ini" Raja Faris memerintahkan rakyatnya untuk menyebut kalimat tersebut. Dengan izin Allah kuda tersebut bangkit dan kembali hidup seperti sediakala.

    Kini Raja Faris dan rakyatnya telah beriman kepada Allah dan Nauf berasa senang hati kerana cita-citanya untuk berdakwah dan mengislamkan mereka telah dimakbulkan oleh Allah.
0

Kisah Uqa'il Dengan Rasulullah s.a.w.

Pada suatu hari Uqa'il bin Abi Thalib telah pergi bersama-sama dengan Nabi Muhammad s.a.w. Pada waktu itu Uqa'il telah melihat peristiwa ajaib yang menjadikan hatinya bertambah kuat di dalam Islam dengan sebab tiga perkara tersebut. Peristiwa pertama adalah, bahawa Rasulullah s.a.w. akan mendatangi hajat yakni mebuang air besar dan di hadapannya terdapat beberapa batang pohon. Maka baginda s.a.w. berkata kepada Uqa'il, "Hai Uqa'il teruslah engkau berjalan sampai ke pohon itu, dan katalah kepadanya, bahawa sesungguhnya Rasulullah berkata; Agar kamu semua datang kepadanya untuk menjadi aling-aling atau penutup baginya, kerana sesungguhnya baginda akan mengambil air wuduk dan buang air besar."

    Uqa'il pun keluar dan pergi mendapatkan pohon-pohon itu dan sebelum dia menyelesaikan tugas itu ternyata pohon-pohon sudah tumbang dari akarnya serta sudah mengelilingi di sekitar baginda s.a.w. Peristiwa kedua adalah, bahawa Uqa'il berasa haus dan setelah mencari air ke mana pun jua namun tidak ditemui. Maka baginda s.a.w. berkata kepada Uqa'il bin Abi Thalib, "Hai Uqa'il, dakilah gunung itu, dan sampaikanlah salamku kepadanya serta katakan, "Jika padamu ada air, berilah aku minum!"

    Uqa'il lalu pergilah mendaki gunung itu dan berkata kepadanya sebagaimana yang telah disabdakan baginda itu. Maka sebelum ia selesai berkata, gunung itu berkata dengan fasihnya, "Katakanlah kepada Rasulullah, bahawa aku sejak Allah S.W.T menurunkan ayat yang bermaksud : ("Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu beserta keluargamu dari (seksa) api neraka yang umpannya(bahan bakar) dari manusia dan batu)." "Aku menangis dari sebab takut kalau aku menjadi batu itu maka tidak ada lagi air padaku."

    Peristiwa yang ketiga ialah, bahawa ketika Uqa'il sedang berjalan dengan Nabi, tiba-tiba ada seekor unta yang meloncat dan lari ke hadapan rasulullah, maka unta itu lalu berkata, "Ya Rasulullah, aku minta perlindungan darimu." Unta masih belum selesai mengadukan halnya, tiba-tiba datanglah dari belakang seorang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus.Melihat orang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus, Nabi Muhammad s.a.w. berkata, "Hendak mengapakah kamu terhadap unta itu ?"

    Jawab orang kampung itu, "Wahai Rasulullah, aku telah membelinya dengan harga yang mahal, tetapi dia tidak mahu taat atau tidak mahu jinak, maka akan kupotong saja dan akan ku manfaatkan dagingnya (kuberikan kepada orang-orang yang memerlukan)." Rasulullah s.a.w. bertanya, "Mengapa engkau menderhakai dia ?" Jawab unta itu, "Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak menderhakainya dari satu pekerjaan, akan tetapi aku menderhakainya dari sebab perbuatannya yang buruk. Kerana kabilah yang dia termasuk di dalam golongannya, sama-sama tidur meninggalkan solat Isya'. Kalau sekiranya dia mahu berjanji kepada engkau akan mengerjakan solat Isya' itu, maka aku berjanji tidak akan menderhakainya lagi. Sebab aku takut kalau Allah menurunkan seksa-Nya kepada mereka sedang aku berada di antara mereka."

    Akhirnya Nabi Muhammad s.a.w. mengambil perjanjian orang Arab kampung itu, bahawa dia tidak akan meninggalkan solat Isya'. Dan baginda Nabi Muhammad s.a.w. menyerahkan unta itu kepadanya. Dan dia pun kembali kepada keluarganya.
0

Kisah Tsabit Disuruh Kahwin Kerana Sebiji Apel

Seorang lelaki yang soleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat Sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa berfikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang lazat itu, akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahawa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat izin pemiliknya.

    Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar meninta dihalalkan buah yang telah dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja dia berkata, "Aku sudah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap anda menghalalkannya". Orang itu menjawab, "Aku bukan pemilik kebun ini. Aku Khadamnya yang ditugaskan menjaga dan mengurus kebunnya".

    Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, "Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah ku makan ini." Pengurus kebun itu memberitahukan, "Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalan sehari semalam".

    Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orang tua itu, "Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku kerana tanpa izin pemiliknya. Bukankah Rasulullah s.a.w. sudah memperingatkan kita melalui sabdanya: "Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka"

    Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata," Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Kerana itu mahukah tuan menghalalkan apa yang sudah ku makan itu?"

    Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, "Tidak, aku tidak boleh menghalalkannya kecuali dengan satu syarat." Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu kerana takut ia tidak dapat memenuhinya. Maka segera ia bertanya, "Apa syarat itu tuan?" Orang itu menjawab, "Engkau harus mengawini putriku !"

    Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, "Apakah kerana hanya aku makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu?"

    Tetapi pemilik kebun itu tidak mempedulikan pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan, katanya, "Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!"

    Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berfikir dalam hatinya, apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai isteri gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, "Selain syarat itu aku tidak boleh menghalalkan apa yang telah kau makan !"

    Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, "Aku akan menerima pinangannya dan perkahwinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul 'alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya kerana aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta'ala".

    Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkahwinan selesai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui isterinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berfikir akan tetap mengucapkan salam walaupun isterinya tuli dan bisu, kerana bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam, "Assalamu"alaikum..."

    Tak disangka sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi isterinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu , dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Sekali lagi Tsabit terkejut kerana wanita yang kini menjadi isterinya itu menyambut uluran tangannya.

    Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. "Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahawa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula", Kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berfikir, mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya ?

    Setelah Tsabit duduk di samping isterinya, dia bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku bahawa engkau buta. Mengapa?" Wanita itu kemudian berkata, "Ayahku benar, kerana aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah". Tsabit bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan bahawa engkau tuli, mengapa?" Wanita itu menjawab, "Ayahku benar, kerana aku tidak pernah mahu mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah.

    Ayahku juga mengatakan kepadamu bahawa aku bisu dan lumpuh, bukan?" Tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya. Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan isterinya. Selanjutnya wanita itu berkata, "aku dikatakan bisu kerana dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta'ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh kerana kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang boleh menimbulkan kegusaran Allah Ta'ala".

    Tsabit amat bahagia mendapatkan isteri yang ternyata amat soleh dan wanita yang memelihara dirinya. Dengan bangga ia berkata tentang isterinya, "Ketika kulihat wajahnya... Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap".

    Tsabit dan isterinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikurniakan seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia, Beliau adalah Al Imam Abu Hanifah An Nu'man bin Tsabit.
0

Kisah Seekor Ulat Dengan Nabi Daud a.s.

Dalam sebuah kitab Imam Al-Ghazali menceritakan pada suatu ketika tatkala Nabi Daud a.s. sedang duduk dalam suraunya sambil membaca kitab az-Zabur, dengan tiba-tiba dia terpandang seekor ulat merah pada debu.

    Lalu Nabi Daud a.s. berkata pada dirinya, "Apa yang dikehendaki Allah dengan ulat ini?"

    Sebaik sahaja Nabi Daud selesai berkata begitu, maka Allah pun mengizinkan ulat merah itu berkata-kata. Lalu ulat merah itu pun mula berkata-kata kepada Nabi Daud a.s. "Wahai Nabi Allah! Allah S.W.T telah mengilhamkan kepadaku untuk membaca 'Subhanallahu walhamdulillahi wala ilaha illallahu wallahu akbar' setiap hari sebanyak 1000 kali dan pada malamnya Allah mengilhamkan kepadaku supaya membaca 'Allahumma solli ala Muhammadin annabiyyil ummiyyi wa ala alihi wa sohbihi wa sallim' setiap malam sebanyak 1000 kali.

    Setelah ulat merah itu berkata demikian, maka dia pun bertanya kepada Nabi Daud a.s. "Apakah yang dapat kamu katakan kepadaku agar aku dapat faedah darimu?"

    Akhirnya Nabi Daud menyedari akan kesilapannya kerana memandang remeh akan ulat tersebut, dan dia sangat takut kepada Allah S.W.T. maka Nabi Daud a.s. pun bertaubat dan menyerah diri kepada Allah S.W.T.

    Begitulah sikap para Nabi a.s. apabila mereka menyedari kesilapan yang telah dilakukan maka dengan segera mereka akan bertaubat dan menyerah diri kepada Allah S.W.T. Kisah-kisah yang berlaku pada zaman para nabi bukanlah untuk kita ingat sebagai bahan sejarah, tetapi hendaklah kita jadikan sebagai teladan supaya kita tidak memandang rendah kepada apa sahaja makhluk Allah yang berada di bumi yang sama-sama kita tumpangi ini.
0

Kisah Saiyidina Umar Dengan Paderi

Saiyidina Umar r.a. adalah seorang Khalifah Islam yang tegas dalam menjalankan pemerintahan. Sungguhpun demikian baginda suka berlaku lembut dan santun terhadap orang miskin, lemah, Kaum Zimmi bahkan terhadap pendukuk bukan Islam yang telah ditaklukinya.

    Apabila tentera Islam berjaya menakluki wilayah Il'ya di Baitul-Maqdis, penduduk-penduduk yang beragama Kristian berserta Paderi Besarnya menghendaki Kalifah Umar sendiri datang untuk membuat perjanjian damai dengan mereka. Lalu berangkatlah baginda ke sana untuk membuat perjanjian damai yang berisi jaminan terhadap jiwa, serta harta benda, gereja-gereja, salib-salib dan hal-hal yang berkenaan soal-soal hubungan antara agama. Dalam perjanjian tersebut Umar r.a. melarang berlaku keras terhadap penganut-penganut agama Kristian serta tindakan-tindakan yang mendatangkan kesusahan kepada mereka.

    Ketika Umar r.a. bersama Paderi Besar di gereja Al-Qiamah, masuklah waktu sembayang. Saiyidina Umar bergegas keluar untuk bersembahyang pada suatu sudut gereja itu. Hal ini diketahui oleh paderi besar, lalu berkata kepada Saiyidina Umar r.a.: "Silalah bersembahyang di dalam Ya Amirul Mukminin." Jawab Umar r.a. "Terima kasih tuan. Saya sengaja sembahyang di luar supaya di belakang hari kelak jangan ada orang berkata Umar mahu menukarkan gereja kepada masjid, lalu diikuti pula oleh kaum muslimin yang lain." Demikianlah ketinggian akhlak Saiyidina Umar r.a. dalam hal sekecilpun ditimbangkannya juga.
0

Kisah Rasulullah Dengan Daging Beracun

Abu Hurairah pernah meriwayatkan suatu kisah katanya: "Apabila wilayah Khaibar telah ditakluki oleh pihak Islam, seekor kambing yang telah dibubuh racun telah diberikan kepada baginda Rasulullah oleh seorang Yahudi yang ada di sini." Apabila orang-orang Yahudi dihadapkan didepan baginda, maka baginda pun berkata: "Aku ingin bertanya kepada kamu semua, bolehkah kamu berkata benar?". Meraka menjawab: "Boleh Ya Abu Qasim." Rasulullah pun bertanya: "Siapakah bapanya." Bila mereka menjawab si pulan dan si pulan, baginda mengatakan mereka itu berdusta kepadanya. Mereka berkata: "Tuan berkata benar."

Baginda lalu bertanya: "Bolehkah kamu bercakap benar jika aku bertanya sesuatu?." Mereka menjawab: "Boleh Ya Abu Qasim. Jika kami berbohong tuan akan tahu juga, sebagaimana halnya tentang ayah kami." Baginda bertanya: "Siapakah yang akan masuk ke neraka." Mereka menjawab: "Kami hanya akan dimasukkan sebentar sahaja, kemudian tuan akan mengikuti kami." Kata Rasulullah selanjutnya: "Masuklah kamu ke dalamnya dengan hina. Demi Allah aku bersumpah bahawa kami tidak akan mengikuti kamu ke dalamnya." Baginda kemudiannya berkata: "Bolehkah kamu bercakap benar jika aku tanyakan sesuatu?" Lalu mereka menjawab: "Boleh Ya Abu Qasim".

Rasulullah s.a.w. lalu bertanya: "Apakah kamu yang membubuh racun pada daging kambing ini?." Mereka menjawab bahawa merekalah yang melakukannya dan apabila ditanya apakah sebabnya, mereka menjawab: "Kami mahu membunuh engkau, jika engkau seorang pendusta tetapi sekiranya engkau seorang yang benar, racun itu tidak akan dapat membunuhmu. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari)
0

Kisah Qarun Yang Binasa Dengan Hartanya

Qarun adalah kaum Nabi Musa, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (Gypsy, bangsa Mesir). Allah mengutus Musa kepadanya seperti diutusnya Musa kepada Fir'aun dan Haman. Allah telah mengurniai Qarun harta yang sangat banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi peti simpanan. Perbendaharaan harta dan peti-peti ini sangat berat untuk diangkat kerana beratnya isi kekayaan Qarun. Walaupun diangkat oleh beberapa orang lelaki kuat dan kekar pun, mereka masih kewalahan.

    Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil. Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbahagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutamakan apa yang ada di sisi-Nya. Kerana itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain. Adapun kelompok kedua adalah yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun kerana mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan asas yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahawa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu.

    Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya harta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas segala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat, kabaikan dan hal yang halal kerana semua itu adalah harta Allah, ia justru menolak seraya mengatakan "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu kerana ilmu yang ada padaku"

    Suatu hari, keluarlah ia kepada kaumnya dengan kemegahan dan rasa bangga, sombong dan congkaknya. Maka hancurlah hati orang fakir dan silaulah penglihatan mereka seraya berkata, "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar." Akan tetapi orang-orang mukmin yang dianugerahi ilmu menasihati orang-orang yang tertipu seraya berkata, "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal soleh…."

    Berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta kekayaan dan perbendaharannya.

    Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah kerana tidak mengalami nasib seperti Qarun. Mereka berkata, "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi sesiapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita. benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)."


Penyebutan Qarun Dalam Quran

Nama Qarun diulang sebanyak empat kali dalam Al-Quran, dua kali dalam surah al-Qashash, satu kali dalam surah al-Ankabut, dan satu kali dalam surah al-Mu'min. Penyebutan dalam surah al-Ankabut pada pembahasan singkat tentang pendustaan oleh tiga orang oknum thagut, iaitu Qarun, Fir'aun, dan Haman, lalu Allah menghancurkan mereka.

"Dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (al-Ankabut: 39-40)

Penyebutan dalam surah al-Mu'min (Ghafir) pada kisah pengutusan Musa a.s. kepada tiga orang thagut yang mendustakannya. "Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir'aun, Haman, dan Qarun, maka mereka berkata, Ia (Musa) adalah seorang ahli sihir yang pendusta." (al-Mu'min: 23-24)
0

Kisah Nabi Musa dengan wanita penzina

Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahawa ia berada dalam dukacita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa hias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu pelan- pelan sambil mengucapkan uluk salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk".

    Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia Berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya."

    "Apakah dosamu wahai wanita?" tanya Nabi Musa a.s. terkejut.

    "Saya takut mengatakannya."jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa.

    Maka perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya... telah berzina.

    "Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun...lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya... cekik lehernya sampai... mati," ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya. Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia mengherdik, "Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku kerana perbuatanmu. Pergi!"... teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata kerana jijik.

    Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah keluar. Dia terantuk-antuk keluar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tidak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tidak tahu mahu dibawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahawa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa.

    Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. "Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista itu?"

    "Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa a.s. "Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina."

    Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Nabi Musa memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut. Nabi Musa menyedari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahawa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Bererti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya.

    Sedang orang yang bertaubat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh bererti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahawa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mahu menerima kedatangannya.

    Malah dalam satu hadis Nabi s.a.w. berkata "sesiapa yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja, maka ia kafir terang-terangan" (H.R. Atthabarani)

    Dalam hadis Nabi s.a.w. disebutkan : "Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Quran, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah. Dalam hadis yang lain disebutkan bahawa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari di akhirat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia."

    Al-Ghazzali berkata: "Jika ada orang berkata, bahawa ia telah mencapai satu tingkat disisi Allah s.w.t. hingga ia tidak wajib sembahyang, maka tidak ragu dibunuh orang itu, dan membunuh orang yang seperti itu lebih afdal dari pada membunuh 100 orang kafir."

    Ahmad bin Hanbal berkata: "Tidak sah berkahwin dengan wanita yang meniggalkan sembahyang, tetapi dalam mazhab kami: Berkahwin dengan wanita kitabiyah dzimmiyah lebih baik daripada berkahwin dengan wanita yang meniggalkan sembahyang."

    Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita penzina, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah. Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubuilaiik.
0

Khidir Hadir Semasa Pengurusan Jenazah Nabi Muhammad s.a.w.

Apabila Rasulullah s.a.w. baru saja wafat, diriwayatkan ketika Saiyidina Ali Bin Abu Talib r.a. meletakkan jasad baginda di atas tempat tidur, tiba-tiba terdengar satu suara ghaib dari sudut rumah berseru dengan nada yang tinggi; "Jangan kamu mandikan jenazah Muhammad kerana ia adalah suci lagi pula ia membawa kesucian."

    Syaidina Ali merasa curiga lalu bertanya: "Siapa kau?, bukankah Rasulullah menyuruh kami menandikannya." Kemudian terdengar pula suara ghaib yang lain berseru: "Hai Ali ! Mandikanlah beliau. Suara ghaib yang pertama itu adalah suara iblis yang terlutuk kerana dengaki terhadap Nabi Muhammad s.a.w. dan bermaksud supaya Muhammad dimasukkan ke dalam liang kuburnya tanpa dimandikan." Kata Syaidina Ali pula: "Semoga Allah membalas engkau dengan kebaikan kerana engkau telah memberitahu bahawa suara itu adalah iblis. Siapa dirimu sebenarnya?" "Aku adalah Khidir, aku datang untuk menghadiri jenazah Nabi Muhammad s.a.w." Jawab suara itu.

    Kemudian Saiyidina Ali pun memandikan jenazah Rasulullah sedang Al-Fadhal Bin Abbas dan Usman Bin Zaid mengambil air dan Malaikat Jibril datang membawa harum-haruman dari syurga. Mereka mengkafan dan menguburkan baginda di kamar rumah Siti Aishah pada malam Rabu dan ada yang mengatakan pada malam Selasa.
0

Khalifah Umar Al-Khatab Dengan Nenek Tua

Pada suatu hari Khalifah Umar Al-Khatab baru saja pulang dari melawat negeri Syria. Seperti biasa Saiyidina Umar akan berjalan-jalan dan meninjau sekitar kawasan untuk melihat keadaan rakyat jelata untuk mengetahui sendiri akan penderitaan mereka. Pada kali ini Saiyidina Umar menuju ke sebuah pondok buruk yang didiami oleh seorang nenek tua.

    Saiyidina Umar pergi ke rumah nenek tersebut dengan menyamar sebagai orang biasa. Sudah menjadi kebiasaan kepada Khalifah Umar menyamar menjadi orang awam kerana beliau ingin melihat sendiri akan penderitaan yang di alami oleh rakyatnya dan ingin mendapat maklumat atau pandangan rakyat terhadapnya. Apabila tiba di rumah nenek tersebut Khalifah memberi salam dan berkata. "Adakah nenek mendengar apa-apa berita tentang Umar?". jawab nenek tua itu "Khabarnya Umar baru sahaja pulang dari Syria dengan selamat". Kata khalifah lagi "Bagaimana pendapat nenek tentang khalifah kita itu". Jawab nenek "Semoga Allah tidak memberi ganjaran baik kepadanya". Umar bertanya lagi " Mengapa nenek berkata begitu?".

    Jawab nenek "Ia sangat jauh dari rakyatnya. Semenjak menjadi khalifah dia belum pernah menjenguk pondok aku ini apatah lagi memberi wang". Jawab Umar "Bagaimana mungkin dia dapat mengetahui keadaan nenek sedangkan tempat ini jauh terpencil" Nenek mengeluh dan berkata "Subhanallah! tidak mungkin seorang khalifah tidak mengetahui akan keadaan rakyatnya walau dimana mereka berada".

    Mendengar kata-kata tadi Khalifah Umar tersentak lalu berkata didalam hatinya "Celakalah aku kerana semua orang dan nenek ini pun mengetahui perihal diriku". Saiyidina Umar menyesal sambil menitiskan air mata. Saiyidina Umar berkata lagi "Wahai nenek, berapakah kamu hendak menjual kezaliman Umar terhadap nenek?. Saya kasihan kalau Umar mati nanti akan masuk neraka. Itu pun kalau nenek mahu menjualnya". Kata nenek "Jangan engkau berguaru dengan aku yang sudah tua ini".

    Sambung Umar lagi "Saya tidak bergurau, saya betul-betul ini, berapakah nenek akan menjualnya. Saya akan menebus dosanya, mahukah nenek menerima wang sebayak 25 dinar sebagai harga kezalimanya terhadap nenek" sambil menyerahkan wang tersebut kepada nenek. "Terima kasih nak, baik benar budi mu" kata nenek sambil mengambil wang tersebut.

    Sementara itu Saiyidina Ali Abu Talib bersama Abdullah bin Mas'ud lalu di kawasan itu. Melihat Khalifah Umar berada disitu, mereka pun memberi salam. "Assalamualaikum ya Amirul Mukminin". mendengar ucapan tersebut, tahulah nenek bahawa tetamu yang bercakap denganya sebentar tadi adalah Khalifah Umar Al-Khatab. Dengan perasaan takut dan gementar nenek berkata "Masya Allah, celakalah aku dan ampunlah nenek diatas kelancangan nenek tadi ya Amirul Mukminin. Nenek telah memaki Khalifah Umar dihadapan tuan sendiri". Rantapan nenek telah menyedarkan Saiyidina Umar.

    "Tak mengapakah nek, mudah-mudah Allah memberi restu kepada nenek" kata Saiyidina Umar. Ketika itu juga Khalifah Umar telah membuka bajunya dan menulis keterangan berikut diatas bajunya.


"Bismillahirrahmanirrahim,

    Dengan ini Umar telah menebus dosanya atas kezalimannya terhadap seorang nenek yang merasa dirinya dizalimi oleh Umar, semenjak menjadi khalifah sehingga ditebusnya dosa itu dengan 25 dinar. Dengan ini jika perempuan itu mendakwa Umar di hari Mahsyar, maka Umar sudah bebas dan tidak bersangkut paut lagi".

    Pernyataan tersebut ditandatangani oleh Saiyidina Ali bin Abu Talib dan di saksikan oleh Abdullah bin Mas'ud. Baju tersebut diserahkan kepada Abdullah bin Mas'ud seraya berkata "Simpahlah baju ini dan jika aku mati masukkan kedalam kain kafanku untuk dibawa mengadap Allah s.w.t.".
0

Cinta Sejati Tsauban Terhadap Nabi

Seorang hamba sahaya bernama Tsauban amat menyayangi dan merindui Nabi Muhammad saw. Sehari tidak berjumpa Nabi, dia rasakan seperti setahun. Kalau boleh dia hendak bersama Nabi setiap masa. Jika tidak bertemu Rasulullah, dia amat berasa sedih, murung dan seringkali menangis. Rasulullah juga demikian terhadap Tsauban. Baginda mengetahui betapa hebatnya kasihsayang Tsauban terhadap dirinya. 

    Suatu hari Tsauban berjumpa Rasulullah saw. Katanya "Ya Rasulullah, saya sebenarnya tidak sakit, tapi saya sangat sedih jika berpisah dan tidak bertemu denganmu walaupun sekejap. Jika dapat bertemu, barulah hatiku tenang dan bergembira sekali. Apabila memikirkan akhirat, hati saya bertambah cemas, takut-takut tidak dapat bersama denganmu. Kedudukanmu sudah tentu di syurga yang tinggi, manakala saya belum tentu kemungkinan di syurga paling bawah atau paling membimbangkan tidak dimasukkan ke dalam syurga langsung. Ketika itu saya tentu tidak bersua muka denganmu lagi." 

    Mendengar kata Tsauban, baginda amat terharu. Namun baginda tidak dapat berbuat apa-apa kerana itu urusan Allah. Setelah peristiwa itu, turunlah wahyu kepada Rasulullah saw, bermaksud "Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya, maka mereka itu nanti akan bersama mereka yang diberi nikmat oleh Allah iaitu para nabi, syuhada, orang-orang soleh dan mereka yang sebaik-baik teman." Mendengarkan jaminan Allah ini, Tsauban menjadi gembira semula. 
 

Moral & Iktibar 

  Cinta kepada Rasulullah adalah cinta sejati yang berlandaskan keimanan yang tulen
  Mencintai Rasul bermakna mencintai Allah
  Kita bersama siapa yang kita sayangi. Jika di dunia sayangkan nabi, insyallah kita bersama nabi di akhirat nanti
  Hati yang dalam kecintaan terhadap seseorang akan merasa rindu yang teramat sangat jika tidak bertemu
  Pasangan sahabat yang berjumpa dan berpisah kerana Allah semata-mata akan mendapat naungan Arasy di hari akhirat kelak
  Rasulullah amat mengetahui mana-mana umatnya yang mencintai baginda, meskipun baginda sudah wafat.
  Rasulullah memberi syafaat kepada sesiapa di antara umatnya yang mengasihi baginda
  Sebaik-baik sahabat ialah mereka yang berkawan di atas landasan keagamaan dan semata-mata kerana Allah.  
0

Bilal Yang Teguh Iman

Saiyidina Bilal (berkulit hitam) adalah di antara 7 orang yang pertama menzahirkan keIslaman secara terangan meskipun diancam oleh kafir musyrik. Apabila mengetahui hambanya, Bilal telah memeluk Islam, tuannya telah menyeksa Bilal dengan memakaikan baju besi dan kemudian dijemur di padang pasir yang sangat panas. Ketika ditanya tentang pegangan agamanya, Bilal tetap mengatakan 'Ahad! Ahad!' (Allah Yang Esa, Yang Esa).

    Bilal kemudian diseret hingga ke lereng-lereng gunung tetapi Bilal tetap memperkatakan 'Ahad! Ahad!'. Imannya tidak bergoncang sedikitpun. Melihatkan tidak apa perubahan berlaku dalam diri Bilal, mereka kemudian mempertingkatkan seksaan dengan meletakkan batu besar di atas badannya yang terjemur di tengah kepanasan matahari. Namun tiada ucapan lain yang keluar dari mulut Bilal kecuali 'Ahad! Ahad!'  Bilal rela mati daripada menukar pegangan agamanya yang haq kepada yang bathil. 

    Apabila Saiyidina Abu Bakar diberitahu tentang seksa yang dialami oleh  Bilal, Abu Bakar terus berjumpa Umaiyah yang sedang menyeksa Bilal dan kemudian meminta Bilal dibebaskan. Sebagai ganti Abu Bakar menyerahkan seorang hamba hitam yang lebih kuat sebagai tebusan. Sebaik saja ditebus, Saiyidina Abu Bakar pun membebaskan Bilal dari perhambaan. 
 

Moral & Iktibar

  Iman yang kental dan pegangan aqidah yang kukuh tidak dapat digugat sekalipun diseksa dengan pelbagai seksaan.
  Kemanisan iman tidak ada tolong banding di dunia dan akhirat.
  Allah tidak melihat kecantikan fizikal seseorang tetapi yang paling utama ialah kecantikan hati.
  Allah mempertingkatkan tahap atau darjah keimanan seseorang, dengan mengenakan ujian dan cubaan.
  Selagi tidak diuji dengan kesusahan, tahap keimanan belum dapat dipastikan kebenarannya.
  Bertambah kuat iman seseorang, bertambah hebat ujian yang Allah kenakan ke atasnya.
  Ujian dan bala yang dikenakan ke atas seseorang bukan bererti Allah membencinya, sebaliknya ia adalah satu rahmat untuk meninggikan darjatnya di sisi Allah. 
  Bala sebenarnya bukan 'bala' tetapi adalah satu nikmat yang patut disyukuri.
  Kekayaan dan kesenangan hidup belum tentu menjadi satu nikmat, bahkan ia satu cubaan/bala untuk menguji sama ada kita mensyukuri Allah atau sebaliknya.
0

Berkat Kejujuran

Syeikh Abdul Kadir semasa berusia 18 tahun meminta izin ibunya merantau ke Baghdad untuk menuntut ilmu agama. Ibunya tidak menghalang cita-cita murni Abdul Kadir meskipun keberatan melepaskan anaknya berjalan sendirian beratus-ratus batu. Sebelum pergi ibunya berpesan supaya jangan berkata bohong dalam apa jua keadaan. Ibunya membekalkan wang 40 dirham dan dijahit di dalam pakaian Abdul Kadir. Selepas itu ibunya melepaskan Abdul kadir pergi bersama-sama satu rombongan yang kebetulan hendak menuju ke Baghdad. 

    Dalam perjalanan, mereka telah diserang oleh 60 orang penyamun. Habis harta kafilah dirampas tetapi penyamun tidak mengusik Abdul Kadir kerana menyangka dia tidak mempunyai apa-apa. Salah seorang perompak bertanya Abdul Kadir apa yang dia ada. Abdul Kadir menerangkan dia ada wang 40 dirham di dalam pakaiannya. Penyamun itu hairan dan melaporkan kepada ketuanya. Pakaian Abdul Kadir dipotong dan didapati ada wang sebagaimana yang diberitahu. 

    Ketua penyamun bertanya kenapa Abdul Kadir berkata benar walaupun diketahui wangnya akan dirampas? Abdul Kadir menerangkan yang dia telah berjanji kepada ibunya supaya tidak bercakap bohong walau apa pun yang berlaku. Apabila mendengar dia bercakap begitu, ketua penyamun menangis dan menginsafi kesalahannya. Sedangkan Abdul Kadir yang kecil tidak mengingkari kata-kata ibunya betapa dia yang telah melanggar perintah Allah sepanjang hidupnya. Ketua penyamun bersumpah tidak akan merompak lagi. Dia bertaubat di hadapan Abdul Kadir diikuti oleh pengikut-pengikutnya. 
            

Moral & Iktibar 

  Ilmu Agama perlu dituntut meskipun terpaksa berjalan jauh. 
  Kata-kata ibu menjadi pendorong dan perangsang dalam hidup. 
  Berkata benar adalah satu kekuatan yang boleh memberi keinsafan kepada orang lain.
  Niat yang baik dan ikhlas mendapat keberkatan daripada Allah.
0

Anugerah Kepada Ahli Gusti Negara

Di kota Baghdad ada seorang Sayyid (keturunan Rasulullah s.a.w.) yang sangat miskin dan mempunyai seorang anak gadis. Ia tidak mempunyai wang untuk mengahwinkan anak gadisnya itu. Oleh itu ia pun membuat satu pengumuman kepada orang ramai bahawa dia hendak beradu tenaga dengan ahli Gusti Negara (Junaid Al-Baghdadi). Dengan perintah raja, perlawanan pun dimulakan. Orang ramai terlalu bimbang sebab Saayyid tidak setanding dengan Junaid.

    Sebelum perlawanan Sayyid berkata kepada Junaid: "Wahai Junaid ! Aku tahu engkau adalah seorang ahli gusti yang perkasa. Aku tidak berupaya melawan engkau, tetapi keadaan memaksa aku mengambil keputusan ini. Wahai Junaid, dengarlah kata-kataku ini, aku adalah seorang Sayyid, aku terlalu miskin dan tidak mampu mengadakan majlis perkahwinan untuk anak perempuanku. Jika engkau sanggup memberi kemenangan kepadaku dan menerima kekalahan, dapatlah aku menggunakan hadiah-hadiah kemenangan itu untuk perkahwinannya. Sebagai balasannya aku akan memohon kepada datukku (Muhammad s.a.w.) agar memohon pengampunanmu di akhirat kelak."

    Kata-kata Sayyid sangat berkesan di jiwanya, ia pun bersetuju. Dalam perlawanan itu orang ramai menjadi terkejut apabila melihat Junaid tewas ditangan seorang yang lemah. Sayyid diberi hadiah dan annugerah oleh Khalifah. Pada malam itu Junaid telah bermimpi bertemu dengan Rasulullha; Baginda berkata kepadanya: "Wahai Junaid! Engkau telah menghormati anak cucuku dan memuliaka darjat seseorang disebabkan ia mempunyai pertalian keturunan denganku dan tidak memperdulikan kedudukan serta kemuliaan dirimu dimata orang ramai. Kerana budimu yang mulia itu, engkau dilantik sebagai Sayyid Al-Tho'efa (pemimpin gusti ahli sufi)."
0

Amal Yang Membuka Pintu Syurga

Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih awal menjelang asar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa wang lebih banyak kerana keperluan di rumah makin besar. Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. "Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa wang sesenpun." Fatimah menyahut sambil tersenyum, "Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta'ala." "Terima kasih," jawab Ali. Matanya memberat lantaran isterinya begitu tawakkal. Padahal keperluan dapur sudah habis sama sekali. Pun begitu Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.

    Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan sholat berjamaah. Sepulang dari sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. "Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?" Ali menjawab dengan hairan. "Ya betul. Ada apa, Tuan?". Orang tua itu mencari kedalam begnya sesuatu seraya berkata: "Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar upahnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah wang ini, sebab engkaulah ahli warisnya." Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.

    Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.

    Ali pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, "Siapakah yang mahu menghutangkan hartanya kerana Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan." Tanpa berfikir panjang, Ali memberikan seluruh wangnya kepada orang itu.

    Pada waktu ia pulang dan Fatimah kehairanan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah, masih dalam senyum, berkata, "Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kerana Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan yang menutup pintu syurga untuk kita."
0

Allah Maha Pengampun

Di zaman Nabi Musa ada seorang fasik yang suka melakukan kejahatan. Penduduk negeri tersebut tidak mampu lagi mencegah perbuatannya, lalu mereka berdoa kepada Allah. Maka Allah telah mewahyukan kepada Nabi Musa supaya mengusir pemuda itu dari negerinya agar penduduknya tidak ditimpa bencana. Lalu keluarlah pemuda tersebut dari kampunganya dan sampai disuatu kawasan yang luas, dimana tidak seekor burung atau manusia pun di situ.

    Selang beberapa hari pemuda itu jatuh sakit. Merintihlah ia keseorangan, lalu berkata: "Wahai Tuhanku, kalaulah ibuku, ayahku dan isteriku berada di sisiku sudah tentu mereka akan menangis melihat waktu akan memisahkan aku dengan mereka (mati). Andaikata anak-anakku ada di sisi pasti mereka berkata: "Ya Allah, ampunilah ayah kami yang telah banyak melakukan kejahatan sehingga ia diusir dari kampungnya ke tanah lapang yang tidak berpenghuni dan keluar dari dunia menuju akhirat dalam keadaan putus asa  dari segala sesuatu kecuali rahmat-Mu ya Allah."

    Akhir sekali pemuda itu berkata: Ya Allah, janganlah Kau putuskan aku dari rahmat-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa terhadap sesuatu." Seterlah berkata maka matilah pemuda itu.

    Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Musa, firmannya: "Pergilah kamu ke tanah lapang di sana ada seorang wali-Ku telah meninggal. Mandikan, kapankan dan sembahyangkanlah dia." Setiba di sana Nabi Musa mendapati yang mati itu adalah pemuda yang diusirnya dahulu. Lalu Nabi Musa berkata: "Ya Allah, bukankah dia ini pemuda fasik yang Engkau suruh aku usir dahulu." Allah berfirman: "Benar. Aku kasihan kepadanya disebabkan rintihan sakitnya dan berjauhan dari kaum keluarganya. Apabila seseorang yang tidak mempunyai saudara mati, maka semua penghuni langit dan bumi akan sama menangis kerana kasihan kepadanya. Oleh kerana itu bagaimana Aku tidak mengasihaninya sedangkan Aku adalah zat Yang Maha Penyayang di antara penyayang."
0

Air Mata Taubat Nabi Adam a.s

Tahukah saudara semenjak Nabi Adam terkeluar dari syurga akibat tipu daya iblis, beliau menangis selama 300 tahun. Nabi Adam tidak mengangkat kepalanya ke langit kerana terlampau malu kepada Allah swt. Beliau sujud di atas gunung selama seratus tahun. Kemudian menangis lagi sehingga air matanya mengalir di jurang Serantip.

    Dari air mata Nabi Adam itu Allah tumbuhkan pohon kayu manis dan pokok cengkih. Beberapa ekor burung telah meminum air mata beliau. Burung itu berkata, "Sedap sungguh air ini." Nabi Adam terdengar kata-kata burung tersebut. Beliau menyangka burung itu sengaja mengejeknya kerana perbuatan derhakanya kepada Allah. Ini membuatkan Nabi Adam semakin hebat menangis.

    Akhirnya Allah telah menyampaikan wahyu yang bermaksud, "Hai Adam, sesungguhnya aku belum pernah menciptakan air minum yang lebih lazat dan hebat dari air mata taubatmu itu."
0

Abdullah Ibnu Abbas Menjawab pertanyaan Dari Kaisar Romawi

Diriwayatkan bahawa Kaisar Romawi menulis surat kepada Ma'awiyah bin Abi Sufyan yang dibawa oleh seorang utusan. Isi surat tersebut: "Beritahukan kepada saya tentang suatu yang tidak ada kiblatnya (pengimaman), tentang yang tidak punya ayah, tidak punya keluarga (ibu-bapa) dan orang yang dibawa-bawa oleh kuburannya. Juga tentang tiga makhluk yang tidak dicipta dalam rahim, tentang sesuatu, setengahnya dan yang tidak terbilang. Kirimlah kepadaku dalam botol suatu bibit (sumber dari segala sesuatu)".

    Ma'awiyah r.a. kemudian mengirimkan surat dan botol tersebut kepada Abdullah Ibnu Abbas r.a., pakar dan tokoh ulama fikah agar menjawab surat itu.

    Ibnu Abbas r.a. menjawab seperti berikut: "Yang tidak punya kiblat (pengimaman) adalah Ka'bah. Yang tidak punya Ayah adalah Isa a.s. Yang tidak punya keluarga (ibu-bapa) ialah Adam a.s. Yang dibawa-bawa oleh kuburannya ialah Yunus a.s. yang ditelan oleh ikan hiu.

    Adapaun tiga makhluk yang tidak dicipta dalam rahim ialah domba Nabi Ibrahim a.s., unta betina Nabi Saleh as., dan ular Nabi Musa a.s.

    Adapun 'sesuatu' itu ialah orang berakal yang menggunakan akalnya. Setengah (separuh) dari sesuatu ialah orang yang tidak berakal tetapi mengikuti pendapat orang-orang yang berakal. Adapun yang tidak terbilang (apa-apa) ialah orang yang tidak berakal dan tidak mahu mengikuti fikiran orang-orang yang berakal.

    Kemudian, beliau mengisi botol sehingga penuh dengan air dan berkata, "Air adalah bibit (sumber) dari segala sesuatu." Jawapan surat Ma'awiyah dikirimkan kepada Kaisar yang menanggapinya dengan penuh kekaguman.
0

Ketabahan Iman Zunairah Terhadap Allah

Satu diantara hamba muslim adalah Zunairah, hamba Abu Jahal. Kerana keyakinannya itulah dia diinterogasi Abu Jahal. "Benarkah kamu telah menganut agama Islam?" tanya Abu Jahal. "Benar. Aku percaya pada seruan Muhammad, kerana itu aku mengikutinya." Jawab Zunairah. Untuk menggoyangkan keyakinan hambanya, Abu Jahal bertanya kepada kawan-kawannya. "Hai kawan-kawan, apakah kalian juga mengikuti seruan Muhammad?" "Tidaaak," jawab mereka serempak. "Nah, sekira apa yang dibawa Muhammad itu baik, tentu mereka akan lebih dulu mengikutinya" kata Abu Jahal melecehkan hambanya.

    Maka dipukullah Zunairah itu secara keji hingga matanya luka parah dan akhirnya menjadi buta. Melihat mata hambanya menjadi buta, Abu Jahal membujuknya. "Matamu menjadi buta itu akibat kau masuk Islam. Cuba kau tinggalkan agama Muhammad itu, matamu akan sembuh kembali," katanya.

    Betapa sakit hati Zunairah mendengar olok-olokan itu. "Kalian semua adalah pembohong, tak bermoral. Lata dan Uzza yang kalian sembah itu tak akan boleh berbuat apa-apa. Apalagi memberi manfaat dan mudarat," katanya.

    Mendengar itu, Abu Jahal semakin naik pitam. Maka dipukullah hamba itu sekeras-kerasnya dan berkata, "Wahai Zunairah. Ingatlah kepada Lata dan Uzza. Itu berhala sembahan kita sejak nenek moyang kita. Tak takutkah jika mereka nanti murka kepadamu? Tinggalkan segera agama Muhammad yang melecehkan kita." Kata Abu Jahal.

    "Wahai Abu Jahal. Sebenarnya Latta dan Uzza itu buta. Lebih buta daripada mataku yang buta akibat siksaanmu ini. Meski mataku buta, Allah tak akan sulit mengembalikannya menjadi terang, tidak seperti tuhanmu Latta dan Uzza itu" kata Zunairah.

    Berkat kekuasaan Allah. Esoknya mata Zunairah yang buta akibat siksaan Abu Jahal itu kembali sembuh sperti sedia kala. Abu Jahal yang menyaksikannya menjadi sangat hairan. Namun dasar orang tak beriman, dia malah berkata "Ini pasti kerana sihir Muhammad" katanya sambil kembali menyiksa hambanya. Untunglah datang Abu Bakar yang lalu memerdekakan Zunairah setelah memberi tebusan kepada Abu Jahal.
0

Khalifah Umar Abdul Aziz Hidup Sederhana

Suatu hari Khalifah Umar Abdul Aziz berpidato di hadapan kaum muslimin. Sebagaimana biasa, pidato beliau sangant menarik dan memikat para pendengar. Akan tetapi pada kali ini, selain daripada kandungan pidatonya, gerak-geri Khalifah pula turut menjadi perhatian. Khalifah sering memegang dan mengibas-ngibaskan bajunya ketika berpidato, sesekali di sebelah kanan dan sesekali di sebelah kiri. Dengan demikian orang ramai menyedari bahawa gerakan tangan Khalifah tidak ada kena mengena dengan kandungan pidato.

    Setelah Khalifah turun daripada tempat berpidato, mereka bertanya sesama sendiri dan akhirnya diketahui rahsianya. Dikatakan bahawa baju yang dipakai Khalifah baru saja dibasuh dan belum kering. Kerana ketiadaan baju lagi, maka baju itu dipakainya juga. Oleh itu beliau selalu mengerak-gerakkan bajunya ketika berpidato agar cepat kering.

    Ketika Khalifah Umar sakit, pakaian yang dipakainya telah kotor. Muslimah Abdul Aziz kakak Fatimah Abul Malik datang menemui adiknya dan melihat Khalifah yang sedang sakit. "Fatimah, basuhlah pakaian Khalifah itu. Sekejap lagi orang ramai akan masuk menemuinya", tegur Muslimah. "Demi Allah, beliau tidak punya pakaian lagi kecuali yang dipakai itu", jawab Fatimah.

    Seorang perempuan Mesir telah datang ke Damsyik kerana ingin bertemu dengan Amirul Mukminin Khalifah Umar Abdul Aziz. Dia bertanya-tanya di mana istana Khalifah dan orang ramai menunjukkannya. Sampai saja di rumah yang dimaksudkan, perempuan Mesir itu bertemu dengan seorang perempuan yang memakai pakaian yang sudah lusuh dan buruk dan seorang lelaki sedang bergelumang dengan tanah kerana memperbaiki rumahnya.

    Perempuan itu bertanya lagi dan apabila mengetahui bahawa perempuan yang ditanya adalah Fatimah isteri Khalifah, dia terkejut luar biasa. Kerena mana ada seorang permaisuri raja yang berkuasa memakai baju buruk seperti itu. Dia merasa takut dan kagum. Akan tetapi Fatimah pandai melayan, sehingga tetamu itu berasa suka dan tenang hatinya.

    "Mengapa puan tidak menutup diri daripada lelaki tukang bancuh pasir itu?" tanya perempuan Mesir itu. "Tukang bancuh pasir itulah Amirul Mukminin" jawab Fatimah sambil tersenyum. Sekali lagi tetamu itu terkejut dan beristighfar. Khalifah Umar tidak mempunyai pelayan kecuali seorang kanak-kanak lelaki. Dialah satu-satunya khadam dalam istana Umar. Fatimah memberinya makan kacang setiap hari sehingga si pelayan menjadi bosan. "Kacang..kacang...setiap hari kacang," kata si pelayan merungut. "Inilah makanan tuanmu Amirul Mukminin, wahai anakanda," kata Fatimah.

    Diceritakan bahawa seorang lelaki dan isterinya di Syam telah merelakan anaknya ikut berperang di jalan Allah dan menemu syahid di medang perang. Beberapa masa kemudian dia melihat seorang lelaki dengan menunggang kuda menuju kearahnya. Setelah diperhatikan, ternyata pemuda itu seiras anaknya yang telah meninggal dunia. "Hai, cuba kamu lihat pemuda yang berkuda itu, seperti anak kitakan?" kata lelaki itu kepada isterinya. "Semoga Allah merahmati engkau. Janganlah tertipu oleh syaitan. Anak kita sudah syahid, bagaimana boleh menunggang kuda seperti itu?" kata isterinya.

    Sementara suami isteri itu memperhatikan dengan betul, tiba-tiba pemuda menunggang kuda itu telah berada di hadapannya. "Assalamualaikum." kata penunggang kuda. "Waalikumsalam," jawab kedua-dua suami isteri itu. Ternyata dia memang anaknya, maka terkejutlah kedua-dua ibu bapa itu sambil segera memeluknya. Mereka gembira luar biasa bercampur hairan.

    "Ayah, ibu tetap saja di situ," kata pemuda itu menegur. "Saya bukan seperti ayah dan ibu lagi, demikian juga ayah dan ibu bukan seperti saya. Saya datang pun bukan untuk pulang kepada ayah dan ibu." Kedua-dua ibu bapa faham akan maksud anaknya, mereka pun bertenang. Kemudian anak itu menerangkan bahawa kedatangannya bukan sengaja.

    "Sebenarnya aku datang bukan untuk mengunjungi ayah dan ibu, tetapi hanya mengambil kesempatan saja dalam keperluan lain. Iaitu Amirul Mukminin Khalifah Umar Abdul Aziz telah wafat. Golongan syuhada minta izin kepada Allah untuk hadir dalam pengurusan janazahnya. Allah memperkenankan permintaan mereka dan saya termasuk di antaranya."

    Kemudian dia bertanya keadaan kedua ibu bapanya, menghormatinya dan menjanjikan kebaikan daripada Allah. Lepas itu dia mendoakan ibu bapanya memberi salam lalu pergi. Dengan itu penduduk kampung mengetahui bahawa khalifah mereka, Umar Abdul Aziz telah wafat.
0

Khalifah Gila?

Memang betul, Khalifah Umar bin Khaththab telah berubah ingatan. Banyak yang melihatnya dengan mata kepala sendiri. Barangkali kerana Umar di masa mudanya sarat dengan dosa, seperti merampok, mabuk-mabukkan, malah suka mengamuk tanpa berperi kemanusiaan, sampai orang tidak bersalah banyak yang menjadi korban. Itulah yang mungkin telah menyiksa batinnya sehingga ia ditimpa penyakit jiwa.

    Dulu Umar sering menangis sendirian sesudah selesai menunaikan sholat. Dan tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak, juga sendirian. Tidak ada orang lain yang membuatnya tertawa. Bukankah hal itu merupakan isyarat yang jelas bahawa Umar bin Kaththab sudah gila?

    Abdurrahman bin Auf, sebagai salah seorang sahabat Umar yang paling akrab, merasa tersinggung dan sangat murung mendengar tuduhan itu. Apalagi, hampir semua rakyat Madinah telah sepakat menganggap Umar betul-betul sinting. Dan, sudah tentu, orang sinting tidak layak lagi memimpin umat atau negara.

    Yang lebih mengejutkan rakyat, pada waktu melakukan sholat Jumaat yang lalu, ketika sedang berada di mimbar untuk membacakan khutbahnya, sekonyong-konyong Umar berseru, "Hai sariah, hai tentaraku. Bukit itu, bukit itu, bukit itu!" Jemaah pun geger. Sebab ucapan tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan isi khutbah yang disampaikan. "Wah, khalifah kita benar-benar sudah gila," gumam rakyat Madinah yang menjadi makmum sholat Jumat hari itu.

    Tetapi Abdurrahman tidak mahu bertindak gegabah, ia harus tahu betul, apa sebabnya Umar berbuat begitu. Maka didatanginya Umar, dan ditanyainya, "Wahai Amirul Mukminin. Mengapa engkau berseru-seru di sela-sela khutbah engkau seraya pandangan engkau menatap kejauhan?" Umar dengan tenang menjelaskan, "Begini, sahabatku. Beberapa pekan yang lewat aku mengirimkan Suriah, pasukan tentara yang tidak kupimpin langsung, untuk membasmi kaum pengacau. Tatkala aku sedang berkhutbah, kulihat pasukan itu dikepung musuh dari segala penjuru. Kulihat pula satu-satunya benteng untuk mempertahankan diri adalah sebuah bukit dibelakang mereka. Maka aku berseru: bukit itu, bukit itu, bukit itu!"

    Setengah tidak percaya, Abdurrahman megerutkan kening. "Lalu, mengapa engkau dulu sering menangis dan tertawa sendirian selesai melaksanakan sholat fardhu?" tanya Abdurrahman pula. Umar menjawab, "Aku menangis kalau teringat kebiadabanku sebelum Islam. Aku pernah menguburkan anak perempuanku hidup-hidup. Dan aku tertawa jika teringat akan kebodohanku. Kubuat patung dari tepung gandum dan kusembah-sembah seperti Tuhan, bila ku lapar ku makan 'Tuhan' ku itu".

    Abdurrahman lantas mengundurkan diri dari hadapan Khalifah Umar. Ia belum boleh menilai, sejauh mana kebenaran ucapan Umar tadi. Ataukah hal itu justru lebih membuktikan ketidakwarasannya sehingga jawabannya pun kacau balau? Masak ia dapat melihat pasukannya yang terpisah amat jauh dari masjid tempatnya berkhutbah?

    Akhirnya, bukti itupun datang tanpa dimintanya. Iaitu manakala sariah yang kirimkan Umar tersebut telah kembali ke Madinah. Wajah mereka berbinar-binar meskipun nyata sekali tanda-tanda kelelahan dan bekas-bekas luka yang diderita mereka. Mereka datang membawa kemenangan.

    Komandor pasukan itu, pada hari berikutnya, bercerita kepada masyarakat Madinah tentang dasyatnya peperangan yang dialami mereka. "Kami dikepung oleh tentara musuh, tanpa harapan akan dapat meloloskan diri dengan selamat. Lawan secara beringas menghentam kami dari berbagai penjuru. Kami sudah luluh lantak. Kekuatan kami nyaris terkuras habis. Sampai tibalah saat sholat Jumat yang seharusnya kami kerjakan. Persis kala itu, kami mendengar sebuah seruan ghaib yang tajam dan tegas: "Bukit itu, bukit itu, bukit itu!" Tiga kali seruan tersebut diulang-diulang sehingga kami tahu maksudnya. Serta-merta kami pun mundur ke lereng bukit. Dan kami jadikan bukit itu sebagai pelindung di bagian belakang. Dengan demikian kami dapat menghadapi serangn tentara lawan dari satu arah, yakni dari depan. Itulah awal kejayaan kami."

    Abdurrahman mengangguk-anggukkan kepala dengan takjub. Begitu pula masyarakat yang tadinya menuduh Umar telah berubah ingatan. Abdurrahman kemudian berkata, "Biarlah Umar dengan kelakuannya yang terkadang menyalahi adat. Sebab ia dapat melihat sesuatu yang indera kita tidak mampu melihatnya"
0

Ketabahan Iman Zunairah Terhadap Allah

Satu diantara hamba muslim adalah Zunairah, hamba Abu Jahal. Kerana keyakinannya itulah dia diinterogasi Abu Jahal. "Benarkah kamu telah menganut agama Islam?" tanya Abu Jahal. "Benar. Aku percaya pada seruan Muhammad, kerana itu aku mengikutinya." Jawab Zunairah. Untuk menggoyangkan keyakinan hambanya, Abu Jahal bertanya kepada kawan-kawannya. "Hai kawan-kawan, apakah kalian juga mengikuti seruan Muhammad?" "Tidaaak," jawab mereka serempak. "Nah, sekira apa yang dibawa Muhammad itu baik, tentu mereka akan lebih dulu mengikutinya" kata Abu Jahal melecehkan hambanya.

    Maka dipukullah Zunairah itu secara keji hingga matanya luka parah dan akhirnya menjadi buta. Melihat mata hambanya menjadi buta, Abu Jahal membujuknya. "Matamu menjadi buta itu akibat kau masuk Islam. Cuba kau tinggalkan agama Muhammad itu, matamu akan sembuh kembali," katanya.

    Betapa sakit hati Zunairah mendengar olok-olokan itu. "Kalian semua adalah pembohong, tak bermoral. Lata dan Uzza yang kalian sembah itu tak akan boleh berbuat apa-apa. Apalagi memberi manfaat dan mudarat," katanya.

    Mendengar itu, Abu Jahal semakin naik pitam. Maka dipukullah hamba itu sekeras-kerasnya dan berkata, "Wahai Zunairah. Ingatlah kepada Lata dan Uzza. Itu berhala sembahan kita sejak nenek moyang kita. Tak takutkah jika mereka nanti murka kepadamu? Tinggalkan segera agama Muhammad yang melecehkan kita." Kata Abu Jahal.

    "Wahai Abu Jahal. Sebenarnya Latta dan Uzza itu buta. Lebih buta daripada mataku yang buta akibat siksaanmu ini. Meski mataku buta, Allah tak akan sulit mengembalikannya menjadi terang, tidak seperti tuhanmu Latta dan Uzza itu" kata Zunairah.

    Berkat kekuasaan Allah. Esoknya mata Zunairah yang buta akibat siksaan Abu Jahal itu kembali sembuh sperti sedia kala. Abu Jahal yang menyaksikannya menjadi sangat hairan. Namun dasar orang tak beriman, dia malah berkata "Ini pasti kerana sihir Muhammad" katanya sambil kembali menyiksa hambanya. Untunglah datang Abu Bakar yang lalu memerdekakan Zunairah setelah memberi tebusan kepada Abu Jahal.
0

Keramat Seorang Wanita

Syeikh Sariy Saqaty r.a adalah seorang alim dan ulamak yang abrar. Murid-muridnya terdiri daripada pelbagai kaum yang datang dari merata pelusuk. Salah seorang daripada muridnya adalah seorang wanita yang solehah, jujur dan sentiasa taat dan patuh kepada perintah Allah. Wanita ini mempunyai seorang anak yang bernama Muhammad. Anaknya telah diserahkan kepada seorang guru untuk mempelajari ilmu-ilmu agama dan mengaji Al-Quran.

    Pada suatu hari guru agama ini pergi ke tepi sungai Dajlah bersama-sama anak wanita tadi untuk megambil angin sambil bersiar-siar. Ketika guru itu duduk sambil berehat, anak wanita tadi bermain-main di tebing sungai dan tidak di sedari bahawa anak itu telah terun ke dalam sungai itu. Setelah di sedari oleh guru itu dan belum sempat guru itu untuk menarik anak itu ke darat, tiba-tiba anak itu tenggelam ke dalam sungai. Dengan perasaan cemas guru itu mencari-cari anak itu tetapi tidak berjumpa. Setelah puas mencari guru itu tidak dapat berbuat apa-apa dan beliau berfikir mungkin anak itu telah mati dan di bawa arus.

    Guru tersebut merasa kesal di atas perbuatannya kerana mengajak anak tersebut bersiar di tepi sungai. Fikirannya buntu tidak dapat memikirkan bagaimana untuk memberitahu emaknya tentang kehilangan anak tersebut, dia takut dimarahi oleh wanita itu di atas kecuaiannya. Dengan perasaan yang tidak menentu itu, tiba-tiba ia teringat tentang syeikh Sariy seorang ulamak tempat ibunya mengaji, mungkin syeikh tersebut boleh membantu menyelesaikan masalah ini. Tanpa membuang masa guru itu terus kerumah Syeikh Sariy untuk memohon bantuannya menyelasaikan masalah kehilangan anak kepada wanita, muridnya.

    Setibanya di sana Guru itu menceritakan kepada Syeikh Sariy tentang kehilangan anak kepada wanita itu, dia memohon supaya mencari jalan bagaimana untuk memberitahu ibunya tentang kehilangan anaknya. Syeikh Sariy mengajak kawannya Al-Junid yang kebetulan berada disitu untuk pergi ke rumah wanita itu dan sama-sama membantu supaya wanita itu tidak mengamuk atau memaki hamun guru itu diatas kecuaian yang menyebabkan anaknya tenggelam di dalam sungai.

    Apabila tiba di rumahnya Syeikh Sariy dan Al-Junid mengajarnya tentang kesabaran yang perlu dihadapi kerana ia adalah dugaan Allah, jika sesuatu musibah yang menimpanya ia adalah takdir Allah semata-mata. Wanita itu kehairanan tentang tingkah laku Syeikh Sariy dan kawannya Al Junid. Wanita itu berkata kepada Syeikh Sariy "Apakah sebenarnya yang berlaku? sehingga tuan-tuan menceritakan tentang perkara yang telah saya ketahui". Syeikh Sariy berterus terang dan menceritakan tentang kehilangan anaknya yang telah tenggelam ke dalam sungai semasa anaknya bermain-main bersama-sama gurunya di tebing sungai Dajlah.

    Mendengar keterangan tersebut wanita itu berkata dengan perasanan tenang "Insya Allah, Tuhan tidak akan membuat sedemikian kepada aku". Wanita itu mengajak mereka supaya menunjukkan tempat kehilangan anaknya. Mereka menuju ke tebing sungai dan apabila sampai di sana guru itu menunjukkan tempat anaknya tenggelam. Kata wanita itu "Apakah kamu pasti bahawa anakku hilang di sini" Jawab guru itu "Benar di sinilah dia tenggelam dan saya tidak sempat untuk mememegang tangannya ketika ia tenggelam". Lalu wanita itu menyeru nama anaknya "Hai anakku Muhamammad" beberapa kali, tidak lama kemudian anaknya menjawab "Ibu, Saya ada disini". wanita itu terus turun kedalam sungai lalu menghulurkan tangannya ke dalam air dan menarik keluar anaknya. Syeikh Sariy, Al Junid dan Gurunya hanya terpegun melihat keajaipan yang berlaku di hadapan matanya. Syeikh Sariy berkata "jika kita memberitahu kepada orang, tentu mereka tidak percaya". Jawab Al Junid "Benar kata tuan, keajaipan tidak diperolehi oleh semua orang, kecuali mereka yang benar-benar takwa dan patuh kepada Allah, maka Allah akan mengurniakan kelebihan kepada mereka".

    Wanita tadi memelok anaknya dangan penuh kegembiraan. Mereka terus beredar dari situ untuk pulang kerumahnya dan tinggallah Syeikh Sariy, Al Junid dan Guru di situ. mereka berbincang-bincang tentang keramat yang diberikan Allah kepada wanita itu. Syeikh Sariy berkata "Wanita itu telah mendapat alamat bahawa anaknya masih hidup semasa ia berkata bahawa Allah tidak akan membuat sedemikian kepadanya" Mereka bertiga pun beredar dari situ dengan membawa kenangan yang tidak dapat di lupakan dan mereka bersyukur kepada Allah diatas kebesaran dan kekuasaan-Nya dan segala yang berlaku diatas muka bumi ini adalah di atas ketentuan-Nya.
0

Kelebihan Huzaifah Al-Yamani

Huzaifah Al-Yamani telah diberi oleh Rasulullah s.a.w. suatu ilmu khusus tentang mengenali orang-orang munafik serta sifat-sifatnya yang tersembunyi. Beliaulah yang pertama sekali memperkenalkan Ilmu Tasauf dan membuka jalan serta teori-teori ilmu tersebut.

    Ada orang bertanya kepada Huzaifah: "Kami melihat tuan mengeluarkan kata-kata yang tidak pernah kami dengar dari sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. yang lain. Dari mana tuan memperolehinya?" Lalu jawabnya: "Rasulullah telah menentukannya kepadaku. Orang banyak bertanya Rasulullah s.a.w. dari hal yang baik-baik, tapi aku bertanya dari hal yang jahat-jahat agar aku mengetahuinya dan menjauhkan daripadanya. Sedang mengenai yang baik-baik aku tidak takut ketinggalan mengerjakannya. Sesungguhnya sesiapa yang tidak kenal kejahatan, ia tidak akan kenal kebaikan."

    Dalam riwayat yang lain beliau berkata: "Banyak orang bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang pahala dan fadilat-fadilat amalan, tetapi aku bertanya Rasulullah apa yang merosakkan amalan itu."

    Saiyidina Umar r.a. misalnya, enggan menyembahyangkan jenazah seseorang kalau dilihatnya Huzaifah tidak turut menyembahyangkannya. Inilah kelebihan Huzaifah Al-Yamani yang mempunyai pengetahuan tentang ilmu ghaib hingga dia tahu siapa yang munafik dan siapa yang tidak.
0

Keldai Yang Berjasa

Pada suatu hari seekor keldai telah pergi menemui Nabi Muhammad s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah! Allah Yang Maha Besar telah menambahkan bilangan keluarga kami sebanyak enam puluh ekor. Setiap seekor tuan telah pun menunggangnya, hanyak aku sahaja yang belum tuan tunggangi. Maka itu sudilah tuan menunggangi aku pula. Aku lebih suka tuan menjaga aku daripada tuan aku sendiri."

    "Kenapa engkau berkata begitu wahai keldai?" tanya Rasulullah. Maka jawabnya: "Kerana penjaga aku itu tidak menjaga aku dengan betul dan sentiasa membiarkan aku lapar."

    "Sesiapa yang menjaga engkau wahai keldai yang malang?." tanya Rasulullah lagi. Keldai itu pun segera menjawab: "Yazid bin Shahab." Semenjak hari itu nasib keldai pun berubah.

    Apabila Rasulullah s.a.w. wafat, keldai itu amat merasa sedih sekali, seolah-olah enggan berpisah dengan nabi. Keldai itu kemudiannya telah jatuh sakit dan akhirnya terjatuh ke dalam perigi lalu mati.
0

Kecantikan Rasulullah s.a.w. sebagai Insan Teragung

Nabi Muhammad s.a.w. meskipun sama kejadiannya dengan manusia lain di muka bumi ini, namun bentuk lahiriah dan rohaniahnya tidak sama. Baginda mempunyai keistimewaan yang sama sekali tidak terdapat pada manusia-manusia biasa.

    Sebagai manusia yang terbaik di muka bumi ini, Baginda dianugerahkan dengan keperibadian dan perwatakan yang istimewa kerana padanyalah terdapat contoh untuk diteladani.

    Umum mengetahui keadaan yang zahir adalah gambaran yang terjelma dari unsur-unsur batin. Rupa paras seseorang boleh membantu menjelaskan keperibadian setiap individu. Ciri-ciri seperti bentuk badan, sifat fizikal dan rupa bentuk anggota adalah menggambarkan tentang akal dan akhlak seseorang. Begitulah dengan Nabi Muhammad s.a.w. yang mempunyai bentuk badan yang indah dan segak, namun tidak dapat digambarkan oleh mana-mana pelukis potret di dunia ini. Allah mengharamkan penggambaran potret Baginda oleh sesiapa saja. Sungguhpun begitu sifat-sifat kecantikan baginda masih boleh diillusikan melalui pertuturan dan riwayat para sahabat dan tabi'in.

    Begitu indahnya sifat fizikal Baginda, sehinggakan seorang ulama Yahudi yang pada pertama kalinya bersua muka dengan Baginda lantas melafazkan keIslaman dan mengaku akan kebenaran apa yang disampaikan oleh Baginda. Ulama Yahudi berkenaan terpukau dengan raut paras dan akhlak baginda yang sudah tentunya milik seorang Rasul Agung di muka bumi ini.

    Para sahabat yang sentiasa bersamanya sentiasa meneliti bentuk tubuh tokoh kesayangannya secara terperinci. Di antara kata-kata appresiasi mereka yang pernah melihat baginda s.a.w. :

  Aku belum pernah melihat lelaki yang sekacak Rasulullah. Aku melihat cahaya memancar dari lidahnya.

  Seandainya kamu melihat Rasulullah, kamu akan merasa seolah-olah sedang melihat matahari terbit.

  Aku pernah melihat Rasulullah s.a.w. di bawah sinaran bulan. Aku bandingkan wajahnya dengan bulan, akhirnya aku sedari bahawa Rasulullah s.a.w. jauh lebih cantik daripada sinaran bulan.

  Rasulullah s.a.w. seumpama matahari yang bersinar. Aku belum pernah melihat lelaki setampan Rasulullah s.a.w.

  Apabila Rasulullah s.a.w. berasa gembira, wajahnya bercahaya seperti bulan purnama dan dari situ kami mengetahui yang baginda sedang gembira.

  Kali pertama memandangnya, sudah tentu kamu akan terpesona

  Wajahnya tidak bulat tetapi lebih cenderung kepada bulat

  Wajahnya seperti bulan purnama

  Dahi Baginda luas, raut kening tebal, terpisah di tengahnya. Urat darah kelihatan di antara dua kening dan nampak semakin jelas semasa marah.

  Mata Baginda hitam dengan bulu mata yang panjang

  Garis-garis merah di bahagian putih mata, luas kelopaknya, kebiruan asli di bahagian sudut.

  Hidungnya agak mancung, bercahaya penuh misteri, kelihatan luas sekali pertama kali melihatnya.

  Mulut baginda sederhana luas dan cantik

  Giginya kecil dan bercahaya, indah tersusun, renggang di bahagian depan.

  Apabila berkata-kata cahaya kelihatan memancar dari giginya

  Janggutnya penuh dan tebal menawan

  Lehernya kecil dan panjang, terbentuk dengan cantik seperti arca. Warna lehernya putih seperti perak sangat indah.

  Kepalanya besar tapi terlalu elok bentuknya

  Rambutnya sedikit ikal

  Rambutnya tebal kadang-kadang menyentuh pangkal telinga dan kadang-kadang mencecah bahu tapi disisir rapi

  Rambutnya terbelah di tengah

  Di tubuhnya tidak banyak rambut kecuali satu garisan rambut menganjur dari dada ke pusat

  Dadanya bidang dan selaras dengan perut. Luas bidang antara kedua bahunya lebih daripada biasa

  Seimbang antara kedua bahunya

  Pergelangan tangannya lebar, lebar tapak tangannya , jarinya juga besar dan tersusun dengan cantik

  Aku tidak pernah menyentuh sebarang sutera yang tipis mahupun tebal yang lebih lembut daripada tapak tangan Rasulullah s.a.w.

  Perut betisnya tidak lembut tetapi cantik. kakinya berisi, di tapak kakinya terlalu licin sehingga tidak melekat air. Terlalu sedikit daging di bahagian tumit kakinya.

  Warna kulitnya tidak putih seperti kapur atau coklat tapi campuran antara coklat dan putih. Warna putihnya lebih banyak.

  Warna kulit Baginda putih kemerah-merahan

  Warna kulitnya putih tapi sehat

  Kulitnya putih lagi bercahaya

  Binaan badannya sempurna, tulang-temulangnya besar dan kukuh

  Badannya tidak gemuk

  Badannya tidak tinggi dan tidak pula rendah, kecil tapi berukuran sederhana lagi kacak

  Perutnya tidak buncit

  Badannya cenderung kepada tinggi. Semasa berada di kalangan orang ramai, baginda kelihatan lebih tinggi daripada mereka

  Sekalipun baginda miskin dan lapar tapi tubuhnya lebih gagah dan sihat daripada orang yang cukup makan.Aku tidak pernah melihat seorang lelaki yang lebih gagah dan berani daripada Rasulullah s.a.w.

    Begitu hebat personaliti dan ketokohan Baginda s.a.w., makhluk terpuji dan teragung di muka bumi. Kesimpulannya Nabi Muhammad s.a.w. adalah manusia agung yang ideal dan sebaik-baik contoh sepanjang zaman.
            

Moral & Iktibar

  Nabi Muhammad s.a.w. adalah manusia terbaik pilihan Allah.
  Sifatnya yang terpuji merangkumi aspek fizikal dan rohani.
  Atas sifatnya yang superior inilah baginda dilantik menjadi pemimpin seluruh manusia di dunia ini.
  Baginda adalah manusia mithali yang serba lengkap dan serba kamil dan layaklah baginda tidak disentuh sebarang dosa lagi bersifat dengan maksum.
  Kepimpinan Baginda sepatutnya menjadi contoh teladan kepada semua manusia di muka bumi ini. Barangsiapa mentaati Allah tanpa mengakui kerasulan Nabi s.a.w., nescaya Allah tidak menerima keimanannya.

BTricks

Image and video hosting by TinyPic http://bengawan.org/

translete

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF